Hidup penuh keberuntungan


Sudah sejak lama orang tua kita percaya bahwa kehidupan kita diliputi oleh keberuntungan. Itulah sebabnya, kita selalu mengatakan ’untung…,’ sekalipun kita baru saja mengalami sebuah musibah. Selama ini, kedalam diri kita sudah ditanamkan sebuah sikap untuk selalu melihat segala situasi dari sisi positifnya. Sehingga, dalam situasi apapun kita masih merasakan betapa beruntungnya diri kita. Jika demikian, apakah sumpah serapah atau rasa syukur yang lebih layak untuk diungkapkan?
ternyata di balik musibah ada hikmah yang akan kita dapatkan, karena kita harus selalu khusnudan apa saja yang kita alami adalah pemberian yang terbaik dari alloh yang di pilihkan untuk kita

mari kita simak sebuah pengalaman hidup dari seseorang

"Ketika saya masih kecil, rumah kediaman kami dilalap api, hingga seluruhnya berubah menjadi abu. Ayah dan Ibu saya bilang; ”Untung kita semua selamat,”. Sampai sekarang saya masih teringat dengan kobaran api itu. Dan setiap kali mengenangnya; saya juga teringat kata-kata Ayah-Ibu saya tentang keberuntungan itu.

Ketika sudah bisa berenang di sungai, saya tenggelam. Air deras menyeret tubuh saya hingga tersangkut disela-sela pintu penahan air di bendungan. Sampai sekarang saya masih ingat betapa beruntungnya saya karena ada rongga udara yang terbentuk antara lempengan pintu irigasi dengan titik jatuh air sehingga melalui rongga itu saya bisa bernafas sampai orang-orang berhasil menemukan saya.

Ketika beranjak remaja, gejolak muda mendorong saya untuk pergi ke Gunung Tangkuban Perahu dan membiarkan diri saya menginap disana. Bermalam di gunung sama sekali bukanlah masalah. Tetapi, melakukannya sendirian dialam liar tanpa perlengkapan apapun; kedengarannya bukan gagasan yang cerdas. Sampai saat ini saya masih mengenang betapa beruntungnya saya karena bisa selamat melalui malam yang mengerikan itu.

Kemarin malam, saya melakukan beberapa permainan kecil dengan anak-anak. Setelah melalui tahap tertawa dan melompat-lompat yang seru, saya berencana untuk melakukan sesuatu yang lain. Kali ini saya membutuhkan sebuah media yang harus dipotong-potong. Maka saya mengambil cutter kecil. Ketika memotong media itu, entah kenapa ujung cutter tergelincir dan patah hingga melukai pangkal jari tangan saya, persis dibagian yang banyak urat-urat kecilnya. Darah segar segera mengalir. Dan secara spontan saya berkata dalam hati;’Untung tidak sampai memutuskan urat-uratnya. Sekarang saya tahu, betapa beruntungnya saya…..

Jika anda merasa saya sedang memamerkan keberuntungan-keberuntungan yang pernah saya alami dalam hidup, semoga anda berkenan mengubah prasangka itu. Sebab, kalaupun saya berniat untuk pamer, maka tidaklah mungkin saya bisa menceritakan satu demi satu keberuntungan itu. Sebab, kita semua tanpa henti-hentinya mendapatkan keberuntungan hidup yang sedemikian banyaknya sehingga kita tidak mungkin mampu bahkan untuk sekedar menyebutkannya satu persatu. Seperti firman ALLOH bahwa;”Jika engkau menghitung nikmat yang Tuhan berikan kepadamu, niscaya kamu tidak akan bisa menghitungnya….”

Tapi, jika benar nikmat Tuhan itu sedemikian banyaknya; mengapa kehidupan kita sering tidak beranjak ke tingkat yang kita impikan? Mungkin karena kita selalu mengimpikan kehidupan materialis. Kita terlampau sering mengukur kenikmatan dari jumlah uang yang kita dapatkan. Dari kekayaan yang kita kumpulkan. Dari kedudukan yang bisa kita banggakan. Dan dari jubah nama besar yang kita kenakan. Padahal, ternyata keberuntungan kita bisa menjelma dalam bentuk lain yang sering kita abaikan. Kesehatan kita. Kesempurnaan penciptaan tubuh kita. Terbebasnya kita dari perasaan tertekan. Rasa tenang kita. Tidur nyenyak kita. Pekerjaan dan gaji rutin yang kita terima. Dan semua hal lain yang jumlahnya tiada terhingga. Namun, karena kita kurang mensyukurinya; maka kita sering lupa bahwa semua itu adalah wujud keberuntungan hidup yang ALLOH anugerahkan kepada kita.
saya yakin masih banyak hal serupa yang pernah kita alami. disaat saya melamar seorang gadis dan di tolak , kita kembalikan pada doa istikhoroh kita. memang dia baik , tapi bukan yang terbaik untuk kita..

Memang benar bahwa ’sudut pandang’ kita menentukan apakah kita bisa menemukan hikmah dibalik setiap kejadian atau tidak. Namun, saya meyakini bahwa keberuntungan sama sekali bukan soal sudut pandang; melainkan soal kesadaran. Kita perlu lebih sadar bahwa Tuhan menginginkan kehidupan kita baik. Bahkan ALLOH tetap ingin agar hidup kita baik sekalipun kita sering mengambil langkah dan keputusan-keputusan yang bodoh. Hanya saja, kita sering tidak menyadari semua kebaikan ALLOH selama ini. Sehingga, kita sering berburuk sangka kepada-Nya. Kita mengira bahwa Dia memberi orang lain lebih banyak nikmat, daripada yang diberikan-Nya kepada kita. Padahal, boleh jadi kenikmatan yang sesungguhnya terletak pada hati nurani kita. Bukan pada benda atau atribut-atribut yang kita lekatkan pada tubuh kita. Jika kita berhasil menemukan tak berhingga kenikmatan didalam hati kita; mungkin kita bisa lebih sadar akan betapa beruntungnya diri kita. Karena ternyata. Kehidupan kita. Diliputi. Oleh keberuntungan.Mudah mudahan cerita ini bisa menginspirasi kita, untuk menjadi hamba yang bersyukur

0 komentar:

Posting Komentar