butiran pasir penuh maaf


butiran pasir, penuh maaf
Posted on 30/des/2011

Ketika beristirahat sejenak dalam perjalanan melintasi gurun pasir, seorang teman bercerita, mengenai sebuah kisah klasik yang sering diceritakan para pengembara gurun pasir.

Suatu waktu dulu kala , ada 2 orang sahabat, namanya Nasir dan Malik melakukan perjalanan melintas gurun pasir. Di tengah perjalanan yang cukup berat tersebut, karena sesuatu hal mereka bertengkar, terik panas mentari dan rasa lelah membuat emosi tak terkendali, sampai akhirnya Malik pun memukul Nasir, Nasir yang penyabar tak membalas walau ia mereka sakit hati. Ia hanya bisa tertunduk diam dan pergi ke suatu tempat, kemudian menulis di atas pasir dengan potongan kayu kecil, “Hari ini teman baik ku, telah menyakiti ku”.

Malik yang masih terbakar emosi, hanya memperhatikan saja, kelakuan aneh teman nya tersebut, Nasir mengalah dan mereka berbaikan serta kemudian melanjutkan perjalanan sampai akhirnya dari kejauhan ia melihat pohon korma dan kolam mata air. Senang pula hati mereka, karena akhirnya mereka menemukan oasis. Mereka pun berhenti sejenak, mengambil air minum dan beristirahat sejenak.

Saking lelahnya Nasir pun tertidur di bawah keteduhan pohon korma. Tiba2 Malik mendengar suara berderik dan melihat ada ular derik gurun pasir yg sangat berbahaya mendekati Nasir yg sedang tertidur, ia pun mengambil kayu, mengusaha mengusir dan memukul ular tersebut. Ular pun coba melawan, ia mengangkat kepalanya siap menyerang. Malik cepat membangunkan Nasir untuk cepat pindah tempat, dan ia berusaha memukul dan mengejar ular tersebut, sampai akhirnya ular itu lari ke balik bebatuan di tepian oasis gurun pasir tersebut.

Nasir yg masih kaget dengan kejadian tersebut, berterima kasih banyak pada Malik sahabatnya yg telah menyelamatkan jiwa nya.Ia pun menyampaikan rasa terima kasihnya pada Malik, kemudian ia pergi ke batuan di tepi oasis dan menulis dengan batu kecil tajam ; hari ini sobat baik ku menyelamatkan jiwa ku.

Malik yg dari tadi mengamati kelakuan aneh teman nya ini kemudian bertanya ; wahai Nasir teman ku, aneh juga kelakuan mu ini, selalu membuat tulisan setelah kejadian yg menimpamu.

Dengan tersenyum Nasir menjawab, “Ketika seorang sahabat melukai hati kita, kita harus menulisnya diatas pasir agar angin maaf datang berhembus dan menghapus tulisan tersebut. Dan bila sesuatu kebaikan terjadi, kita harus memahatnya diatas batu hati kita, agar tidak bisa hilang tertiup angin.”

Dalam kehidupan ini selalu terjadi konflik dan pertengkaran, yang sering akhirnya menyakitkan hati ini. Namun sadarilah bahwa manusia, walau teman baik sekalipun sekali waktu bisa saja berbuat kesalahan. Oleh karenanya cobalah untuk saling memaafkan dan lupakan masalah lalu. Belajarlah menulis diatas pasir, menjadi orang yang pemaaf. Janganlah menjadi orang yg sebaliknya, tak mau memaafkan kesalahan orang lain, selalu mendendam namun malah sebaliknya suka melupakan kebaikan yang telah dilakukan nya.

0 komentar:

Posting Komentar