18. Balance, Harmoni kehidupan.

18. Balance, Harmoni kehidupan.
Kata harmoni ini berarti selaras, serasi dan seimbang. Ini bisa diterapkan pada segala bidang. Baik untuk warna, mulai warna cat tembok dan perabotnya, bisa warna pakaian kita, atasan dan bawahannya. Bisa untuk suami dan istri saling menyesuaikan. Jangan maunya menang sendiri. Seimbang antara hak dan tanggungjawab; antara kemauan menerima dan memberi; antara mau menerima enaknya dan tidak enaknya. Dengan demikian tidak ada hal yang sangat ekstrim sehingga menimbulkan disharmoni atau ketidakharmonisan.
Ingat, kalau kita cermati dan kita renungkan ternyata kata kunci dari kelangsungan hidup yang ideal adalah keseimbangan. Bahkan kelangsungan hidup alam semesta kita atau universe ini adalah karena balance. Sedikit saja bergeser dari titik itu, paling tidak terjadilah gangguan atau bahkan lebih dari itu: terjadilah bencana. Contoh, Alloh menciptakan siang dan malam, seimbang. Masing-masing 12 jam. Musim hujan dan kemarau, seimbang. Enam bulan. Sedikit saja kebanyakan hujan, bencana banjir. Sedikit saja terlalu panjang kemaraunya, bencana kekeringan dan kelaparan. Begitu pula di negara-negara dingin. Musim Semi-Panas-Gugur-Salju, seimbang. Masing-masing tiga bulanan. Kegiatan jasmani-rohani, harus seimbang. Jika kelebihan kegiatan jasmani menyebabkan fatigue atau kelelahan yang lama kelamaan menjadi penyakit langganan artis laris, yaitu hepatitis alias sakit lever. Sedang kebanyakan kegiatan berfikir berbuah “lelah rohani”. Komposisi makanan kita antara karbohidrat, vitamin, mineral, protein, pun harus seimbang. Jika kurang salah satu dari itu menyebabkan gangguan penyakit seperti avitaminosis, anemia, hypoglikemia, osteoporosis, dst. Seimbang juga berlaku dalam kebugaran jasmani kita. Kalau kita ingin enak, rupanya sehat, maka harus mau tidak enaknya, berupa orahraga bermandi keringat, terengah-engah, ngos-ngosan. Ingin tetap dalam keimanan? Satu fakta yg tdk bisa dipungkiri, setiap detik setiap menit setiap jam kita dibombardir oleh virus2 negatif dalam bentuk gaya hidup kosumtif, oleh iklan yg menawarkan mimpi, oleh tayangan2 yg maksiyat. Maka kalau kita ingin selamat, kita harus imbangi dengan anti virus berupa aktifitas religius: perbanyak ngaji, nderes, mendengarkan nasehat dsb. Dan masih ada sederet contoh lain sebagai PR pembaca untuk menyelami kehidupan dan mencari sampai menemukan kearifan-kearifan sendiri.

0 komentar:

Posting Komentar