Dahlan iskan di pesantren
Diposting oleh: distro jokam 354 - Rabu, 27 Februari 2013
Di Pesantren, Dahlan Iskan "Ngoceh" Bahasa Mandarin
BANDA ACEH, KOMPAS.com - Dalam kunjungan kerjanya ke Aceh, Menteri BUMN Dahlan Iskan menyempatkan diri ke beberapa tempat, khususnya ke Pesantren Darul Ihsan Banda Aceh.
Di situ, Dahlan menemui santri dari Thailand dan China kemudian berbicara dengan bahasa Mandarin secara fasih. Kebetulan, Dahlan sempat shalat shubuh berjamaah dengan santri setempat dan memberikan pencerahan kepada jamaah.
Yang menarik di pesantren ini ada beberapa santri putra yang berasal dari Pattani, Thailand Selatan dan juga ada siswi peninjau dari Tiongkok ( Mongol, Xian dan lain-lain) yang ingin melihat bagaimana Islam dalam kehidupan sehari-hari di Aceh. Hal ini dilakukan karena sulitnya mereka mendalami Islam di negaranya.
Dalam sambutannya, Dahlan Iskan memakai bahasa Mandarin dengan fasih. Namun bahasa tersebut hanya bisa dimengerti oleh Dahlan dan mahasiswi asal Tiongkok tersebut. Sebagian santri dan pengurus pesantren pun sempat bengong karena tidak mengerti bahasa tersebut.
"Intinya tadi saya bilang bahwa saya juga lulusan pesantren. Namun jika kita bekerja keras dan sungguh-sungguh maka kita akan berhasil. Seperti saya tidak pernah menyangka jadi Dirut PLN hingga menjadi Menteri BUMN seperti saat ini," kata Dahlan di Banda Aceh, Minggu (2/9/2012).
Menurut Dahlan, karena ia juga lulusan pesantren maka beliau akan menjaga amanah itu (menjadi menteri) dengan baik. Selain itu juga untuk menjaga nama pesantren sebagai tempat beliau belajarnya dulu.
Sekadar catatan, Dahlan Iskan pernah mengenyam pendidikan di Pesantren Tageran Madiun. Berbekal dari pesan guru ngajinya bahwa siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil, maka Dahlan pun menjadi bersemangat dalam mencari ilmu.
Sejak menjadi bos Jawa Pos Group, Dahlan memulai belajar bahasa Mandarin. Uniknya, Dahlan belajar bahasa tersebut di sela-sela kesibukannya menangani grup media terbesar di Jawa Timur saat itu.
Kebetulan Dahlan sempat kursus bahasa Mandarin selama enam hari dalam seminggu, mulai pukul 07.30 selama dua jam dan kadang lebih lama di lantai 4 gedung Graha Pena. P
adahal di saat jam tersebut, belum banyak aktivitas yang ada di kantor tersebut. Saat itu, para redaktur mungkin masih tidur, para wartawan sedang melakukan liputan berita. Sementara karyawan bagian umum baru datang dan langsung tenggelam dalam kesibukan masing-masing. Kursus tersebut dilakukan di ruangan kecil di belakang front office kantornya
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar