7. Bila Gagal,kita Tawakal dan Khusnudhon.
Penyair dan filosof Kahlil Gibrain menulis: sukses dan kegagalan adalah dua sisi dari mata uang yang sama—tak terpisahkan. Ketika sukses ada di atas, maka kegagalan dengan setia menunggu gilirannya di bawahnya. Begitu pula sebaliknya. Kegagalan adalah bagian dari hidup kita. Sebagaimana tersirat dalam ayat di pengantar diatas. Masalahnya tinggal bagaimana kita menyikapi kegagalan itu. Bangsa Jepang terkenal bilamana seseorang mengalami kegagalan, ia akan melakukan sepuku, yaitu menancapkan perutnya ke atas sebilah pedang, ususnya terburai, kehabisan darah sampai mati.
Begitu pula ketika pesawat ulang-alik NASA meledak di udara, dilaporkan banyak insinyur NASA yang mengalami stress berat dan sebulan kemudian beberapa melakukan bunuh diri. Itu semua karena semua beban kegagalan ditanggung sendiri. Kalau berhasil mereka menepuk dada dan sebaliknya kalau gagal mengelus dada, ngenes dan stress. Alloh yang menciptakan manusia tahu benar kemampuan ciptaaNya yang tidak kuasa menanggung beban atas ketidakmampuannya. Hal itu terlihat jelas dari ayat wa idza azamta fatawakal ala Alloh. Ketika kamu punya azam, keinginan, maka hasilnya serahkan kembali kepada Alloh—yaitu dengan tawakkal. Sehingga bila gagal, dia bisa mupus: Yaaah memang belum qodarnya sukses. Selesai.
Rosul pun ikut menambahkan memberi jalan keluar yaitu dengan istirja’—inna lillahi wainna ilaihi roji’un. terus berdoa Allohumma’jurni fii musibati waahlifli khoirumm minha-- Yaa Alloh berilah aku pahala dalam musibah kegagalan ini dan gantilah dengan yang lebih baik dari pada kegagalan ini. Hal ini memberikan keuntungan ganda. Pertama tidak terlalu susah karena menyadari bahwa memang belum qodarnya sukses. Kedua kita punya harapan next time better. Ini sesuai dengan ajaran selalu khusnudhon, berprasangka baik. Yang akan datang insya Alloh lebih baik dari yang sekarang. Untuk itu kita bisa pinjam ucapan pemenang Nobel, Ernest Hemmingway Everyday is a new day, my son. Yaa, betul setiap hari adalah hari yang baru. Matahari yang terbit di hari yang baru selalu menawarkan mimpi dan harapan baru. Dengan demikian, kita bisa meminimasikan kesusahan dan menyelipkan harapan dan kebahagiaan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar